Tips Menciptakan Kerukunan dalam Kehidupan sehari-hari

A post shared by mporatne (@mporatne) on
Persatuan Bangsa perlu di lestarikan dan Mpo mau bikin pantun nih,

Ada suku jawa, Ada suku Sumatra
beda adat istiadat bukan lagi masalah.
Kebahagian menjadi tiada tara
Ketika saling berdamai, bukan saling memecah belah.

Mpo mau cerita tentang Datuk, Kakek Mpo, yang mempunyai sahabat sedari muda. Cerita ini berawal puluhan tahun yang lalu, ketika itu, tepatnya tujuh hari selamatan kematian Datuk, datang seorang pemuda yang datang dari Medan. Pemuda itu adalah anak dari teman Datuk.

Pemuda itu meminta keluarga Mpo untuk memberikan setangkai bunga/ rangkaian bunga yang akan di taburkan ke makam ayahnya. Ayahnya dan Datuk adalah sahabat yang sama sama berjuang mengarungi kerasnya ibukota dan akhirnya harus berpisah karena tugas kantor.

Sebelum kematian sang ayah, sang ayah sering bercerita tentang kisah persahabatannya dan meminta sang anak untuk mencari alamat Datuk dan mengajak Datuk ke pemakaman ketika ia meninggal. Jika sahabatnya sudah sepuh, tidak kuat lagi ke Medan, berikan rangkaian bunga dari Datuk untuk ditaruh di makam.

Kisah persahabatan yang indah, apalagi Datuk dan sahabatnya berbeda agama.

Sekarang ini faktor agama dan kesukuan menjadi isu panas yang bisa memecahkan persatuan bangsa, Mpo sangat beruntung bisa mengikuti Sambung Rasa Anak Bangsa Lintas Agama pada tanggal 26 Mei 2018, yang berlokasi di Gedung karya Pastoral St. Paskalis.

Rm. Agustinus Ulahayanan, Pr , Alissa Qotrunnada, M Wahid, 
Dr. H Abdul Mu'ti, M. Ed, Em
Felix Supranto, SSCC, Prof. Dr Paulus Wirutomo
(Dari Kiri Ke Kanan)


Dari sinilah kita bisa mengambil tips ringan dari pembicara yang hadir untuk di terapkan dalam kehidupan sehari hari sehingga terjadinya kerukunan antar umat beragama yang bisa terjalin dengan indah.

  • 6 S
Romo Agustisnus Ulahayanan,Pr selaku Sekretaris Ekselusif Komisi HAK-KWI menjelaskan tentang 6 S .

Enam S itu adalah Senyum, Sapa, Salim, Salam, Sopan, Santun.

Tersenyumlah jika bertemu orang, hal itu menandakan anda orang yang ramah kepada siapapun, akan tetapi jangan keseringan senyum ya, bahaya, hehehe.

Menyapa duluan tidak ada salahnya, terkadang kita malas menyapa karena orang yang ada di hadapan kita berusia lebih muda, justru dengan menyapa duluan kaum yang lebih muda bisa mengajarkan sikap budi pekerti yang baik.

Berjabat tangan bentuk dalam keakraban kita dengan orang lain dan jangan lupa menitipkan salam untuk keluarga yang berada di rumah sebagai bentuk rasa persaudaraan.

Dalam berbincang dan berdiskusi tetap menggunakan bahasa yang sopan santun. Sehingga pembicaraan kita enak di dengar oleh orang lain, juga sebagai identitas diri.

  • Dua sahabat
Romo Agustisnus Ulahayanan,Pr mengungkapkan bahwa kita penting mempunyai dua sahabat yang berbeda dengan agama kita, sehingga kita bisa saling belajar menghargai suatu pebedaan, saling mengetahui kebiasaan yang satu dengan yang lainnya.
  • Gerakan Tetangga Baik.
Gerakan tetangga baik adalah gerakan untuk saling mengerti antara satu tetangga dengan tetangga lainnya sehingga terjalin komunikasi yang baik antar umat beragama, saling menghargai, tidak saling menuduh ataupun curiga, tidak mementingkan kepentingan sendiri, akan tetapi kepentingan bersama.

Gerakan tetangga baik bukan hanya bisa di terapkan saat bertetangga dengan satu agama, akan tetapi gerakan ini bisa di terapkan dengan tetangga yang berbeda agama.

Gerakan tetangga baik adalah gerakan yang diusulkan oleh Alissa Qotrunnada M Wahid selaku Koordinator Nasional Jaringan GusduRian.

Dari lingkungan terkecil kita saling menjaga kebersamaan , menghargai perbedaan sehingga kita tidak mudah tergoyang isu isu yang bisa memecahbelahkan persatuan. Jika kita kompak maka Bhieneka Tunggal Ika bukan hanya sekedar slogan akan tetapi Bhieneka tunggal ika sudah terpatri di dalam diri.

Nah, Mpo mau tanya nih, cerita dong, kisah kamu dan tetangga mu yang beragama lain? Kolom Komentar jangan sampai kosong ya, tidak terisi, sayang loh kisah mu kalau sampai tidak di ungkapkan.

No comments