Kesuksesan Bonus Demografi pada tahun 2030 di Mulai Dari Keluarga

Pantun:
Ada ayah , Ada ibu
Ada pula sang anak.
Komunikasi tidak boleh buntu
Sehingga tidak ada lagi jarak.

Sebagai blogger, Mpo suka bertemu dengan pemuda pemudi Indonesia yang berprestasi. Rasanya bangga melihat kesuksesan yang mereka raih. Mpo sempat berpikir , kalau Mpo aja bangga , apalagi orangtua sang anak? Hem, jadi penasaran pola asuh yang mereka terapkan.

Dibalik kesuksesan seorang anak pastilah ada peran andil keluarga yang turut mengantarkan anak dalam pencapaian kesuksesan. BKKBN bersama anggota Bplus Community, pada tanggal 15 Mei 2016 diadakan talkshow dalam rangka menyambut hari keluarga nasional, yang berlokasi di TMII.

Seorang anak yang pintar, tidak hanya pintar secara emosional, intelektual dan networking yang harus memenuhi kreteria:
  • Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga sang anak bisa mencari bahan referensi baik melalui internet, membaca buku dan datang ke workshop.
  • Anak berpikiran kritis dalam merespon suatu masalah dan berupaya mencari solusinya.
  • Menghargai keberagaman dan menyelesaikan masalah dengan kolaborasi dengan kerja tim sehingga menghasilkan solusi komperhensif.
  • Memiliki semangat untuk berinovasi mengubah dunia.

Pola asuh yang baik adalah pola asuh dimana setiap ayah dan ibu menjadi team yang kompak, saling bekerjasama dalam hal mendidik sang anak.

Pola asuh inilah yang menghantarkan sang anak menjadi anak anak yang unggul, yang di patut di banggakan oleh negara.

Apalagi di tahun 2030 akan terjadinya bonus demografi, bisa memacu Indonesia untuk tampil terdepan dibandingkan negara negara yang lainnya. Salah satu kreteria bonus demografi adalah penduduk yang berkualitas melalui pembangunan keluarga yang dimulai dari rumah kita sendiri
Roslina Verauli selaku Psikolog,
Eka Sulistya Eduningsih selaku Direktur Bina Keluarga Remaja BKKBN, Mc , Resi selaku founder Bplus Community
Untuk menghasilkan anak anak yang unggul dimasa depan maka di perlukan kiat kiat yang dipaparkan langsung oleh Roslina Verauli, M.Psi selaku Psikolog:
pola asuh anak cerdas
A. Pasangan yang Siap Menikah?

Pertanyaan ini bisa jadi ukuran bagi para pasangan yang mau menikah. Menikah bukan sekedar menyatukan cinta akan tetapi menikah menyatukan dua individu yang berbeda karekter termasuk keluarga besarnya.

Saat ini banyak pasangan menikah karena tergoda hawa nafsu, sehingga di usia yang belum cukup matang secara financial dan emosional, hal ini dapat memicu timbul konflik dalam rumah tangga, yang akhirnya berujung pada ketukan palu di pengadilan agama.

Usia ideal menikah adalah waktu yang tepat untuk menikah, yaitu perempuan berusia 21 tahun keatas dan 25 tahun untuk pria. Dimana usia tersebut adalah usia yang paling baik dalam segi kesehatan reproduksi, keuangan financial yang sedang giat giatnya mencari rezeki dan emosional.

Pola asuh anak juga di perlukan untuk menghasilkan anak anak yang berkualitas unggul dimasa depan, yang dimulai dengan memperhatikan moment emas sang anak pada 1000HPK dan memberikan stimulasi bagi sang anak .

Perlu diperhatikan pula jarak kelahiran anak yang pertama dan kedua adalah tiga tahun, dengan pemberian jarak tersebut sehingga orangtua bisa fokus terhadap pola asuh kepada anak tanpa harus merasa di repotkan seperti punya bayi kembar dan tidak ada lagi kecemburuan antara sang kakak terhadap sang adik.

Pengasuhan pola asuh anak haruslah fleksibel yang bisa disesuaikan oleh usia anak dan pemberian pendidikan yang tidak hanya sekedar pendidikan formal akan tetapi juga di perlukan pendidikan agama dan kemampuan berbahasa asing.

Bagaikan team sepak bola, seorang ibu dan ayah haruslah menjadi team yang kompak bagi sang anak. Orangtua haruslah berperan sebagai orangtua, bukan anak yang mengantikan peran orangtua sebagai pencari nafkah.

Untuk menjadi team yang kompak maka diperlukan cinta terencana

  • Saling memberi semangat
Kehidupan rumah tangga tidaklah selalu berjalan mulus , pastinya ada batu kerikil yang harus dihadapi mulai dari permasalahan anak, keuangan hingga masalah pekerjaan. Biasanya cinta akan goyah dan teruji ketika keuangan berubah hal ini di sebabkan oleh tekena PHK .

Seperti yang kita ketahui bahwa susahnya mencari pekerjaan apalagi di saat usia tidak produktif, Keadaan ini akan menimbulkan stress dari pasangan kita sehingga pasangan berbicara agak keras dan emosional.

Disinilah peran istri berkerja sebagai penyemangat sang suami, pendengar segala keluhan suami dan membantu perekonomian keluarga. Perempuan bisa mengambil alih fungsi sebagai pencari nafkah dengan berjualan ataupun menjadi pekerja harian. Hal ini di alami keluarga Mpo.

Perempuan sebagai penyemangat suami untuk kembali bangkit, bersama sama menata kehidupan rumah tangga menjadi lebih baik lagi.

Suami dan istri bisa memulai merencanakan masa depan rumah tangga dengan melakukan usaha bersama, yang modalnya berasal dari uang PHK. Menjadi supir ojek online juga bisa di tekuni oleh para suami sebagai mata pencarian keluarga.

  • Kadang ada marahnya
Tetangga Mpo bilang “enak ya, kalau punya suami pendiam, tidak pernah marah”. Hem , jangan salah bahwa seseorang yang pendiam, ketika marah maka emosinya meledak ledak, hal ini bisa disebabkan oleh terpendamnya rasa emosi tersebut. Marah itu boleh asalkan terkontrol emosinya, jadi saat marah janganlah piring terbang bermunculan di rumah kita dan kita sebagai istri janganlah ikut ikutan terpancing untuk marah juga sehingga konflik rumah tangga akan semakin memanas.
  • Menyelesaikan masalah bersama sama.
Masalah pasti akan terjadi di rumah tangga kita, akan tetapi setiap masalah akan terselesaikan dengan duduk bersama antara suami dan istri dan mencari solusi bersama-sama. Masukan dari pasangan kita bisa menjadi solusi.
  • Membantu pasangan hidup sehat
Pastinya kita tidak ingin pasangan kita meninggal dunia akibat serangan jantung ketika anak anak berusia masih kecil. Setiap pasangan pastinya menginginkan bisa melihat anak anak tumbuh dewasa dengan kesuksesan yang di raih sang anak.

Apalagi ketika rumah tangga mengalami ekonomi yang sedang meningkat, semua makanan dan minuman, bisa kita beli. Sehingga terkadang kita lupa akan pola hidup yang benar.

Sebagai team yang kompak, setiap pasangan haruslah saling mengingatkan untuk melakukan pola hidup sehat bersama sama. Manfaat lain aktivitas bersama pasangan selain kedua pasangan menjadi sehat juga bisa memperatkan hubungan cinta suami istri seperti melakukan yoga pasngan atau jogging bersama.

  • Merencanakan masa depan bersama

Setiap keluarga mempunyai rencana masa depan baik rencana masa depan karir, masa depan sang anak hingga rencana masa depan setelah pensiun. Rencana masa depan tersebut bisa di komunikasikan kedua pasangan. Jangan sungkan dan ragu untuk mengkonsultasikan masa depan rumah tangga dengan perencana keuangan yang akan membantu mengwujudkan impian


B. Orangtua yang Siap Digital

Diera gital,orangtua haruslah melek digital. Jangan sampai anak anak kita kecanduan gadget, sang anak mengalami tantrum di saar di ambil gadget dari tangan mereka.

Disinilah peran ibu untuk mengalihkan perhatian sang anak dengan sesuatu yang menyenangkan seperti bikin kue bersama anak.

Gadget bagaikan dua belah mata pisau dimana satu sisi menguntungkan, disisi lain sangatlah mengkhawatirkan. Di usia anak 2 tahun sang anak mulai di perkenalkan gadget dengan memberikan mainan edukasi seperti pengenalan huruf hijahiah lewat suara. Pada saat usia 12 tahun anak boleh memegang gadget.

Anak harus memahami bahwa gadget merupakan hak milik orangtua dan gadget tersebut berstatus guna pakai, yang artinya sewaktu waktu jika di rasa anak berlebihan memakainya masa orang tua dapat mengambil gadget tersebut.

Memberi pemahaman bahwa setiap orangtua mempunyai aturan tersendiri dan anak harus patuh untuk melaksanakannya. Pemahaman ini harus di sepakati bersama sehingga anak mematuhi tanpa paksaan, misalnya saat ujian menggurangi bermain gawai.

Selain itu pula orangtua bisa menjadikan contoh yang baik buat anaknya, tidak hanya sekedar melarang anak bermain gadget tapi orangtua juga mengurangi aktivitas bermain gawai dan meningkatkan bonding dengan sang anak.

C. Komunikasi aktif
Komunikasi antara orangtua dan anak haruslah berjalan lancar dengan menjadi pendengar yang baik dan meresponnya bukan sekedar basa basi.
Kalau kamu pola asuh apa yang di terapkan dalam pengasuhan anak? Boleh dong komentarnya, di blog ini kita saling cerite yuk.

No comments