Dampak perhutanan sosial memerlukan riset data yang berguna untuk mempermudah pengambilan keputusan dan kebijakan.
Bagi yang pernah duduk di bangku kuliahan pastinya pernah mencari bahan penelitian dan melakukan riset data.
Jaman Mpo masih unyu-unyu rela duduk berjam-jam membaca penelitian tentang kesehatan khususnya penyandang disabilitas.
Waktu jaman kuliah,riset data belum mudah di dapatkan apalagi internet belum ada di perpustakaan nasional.
Lain dahulu, lain sekarang, riset data ilmiah sangat di perlukan bagi orang-orang yang mempunyai pekerjaan sebagai penulis, ya seperti Mpo ini.
di dalam blog Mpo selalu mencantumkan infografis riset data ilmiah,hal ini Mpo lakukan agar lebih menarik pembaca dengan menyajikan informasi yang tersaji dalam bentuk gambar dan warna menyolok.
Buku yang bercover berwarna hijau dengan halaman sebanyak 215 merupakan hasil riset para peneliti yang berkompeten di bidang masing masing yaitu Mudrajad Kuncoro, Y. Sri Susilo, Hempri Suyatna, Ronggo Sadono, Nairobi, Arvina Ratih, Rahmat Safe'i, Dyah Wahyuning Tyas, Agung Prajulianto, Linda Lestari, Zulfa Emalia dan Prayudha Ananta.
Para peneliti ini melakukan penelitian di daerah yang di khususkan di daerah kelompok perhutanan sosial di kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo, Yogyakarta serta Tanggamus, Lampung.
Dengan total 42 juta luas hutan di Indonesia, yang dinikmati oleh UKM dan Petani hanya 4,14% saja, sementara ada kurang lebih 95% dinikmati oleh konglomerat, hal ini yang menjadi latar belakang di adakan penelitian ini agar bisa menganalisa dampak peningkatan kesejahteraan terhadap rakyat dan dampak perhutan sosial itu sendiri terdapat pelestarian hutan, hal ini di ungkapkan oleh Mudrajad Kuncoro selaku ketua tim peneliti.
Walaupun isi dalam buku ini mengenai data akan tetapi materi yang di sampaikan Mudrajad Kuncoro di sampaikan dengan ringan.
Diskusi ringan juga terjadi saat peluncuran buku ini yang diselenggarakan pada hari Senen 15 April 2019 yang berlokasi di gedung Manggala Wanabakti.
Perhutanan Sosial adalah Sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan dalam kawasan hutan negara atau hutan hak/hutan adat yang dilaksanakan masyarakat setempat untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial budaya.
Perhutanan Sosial sudah di mulai pertengahan tahun 1980-an, setelah Kongres Kehutanan Sedunia ke-8 di Jakarta yang bertema "forest for people".
Dalam skema perhutanan sosial hari ini, masyarakat diberikan hak mengelola lahan 2 hektare di tanah negara selama 35 tahun dan memberdayakannya untuk memenuhi tiga tujuan.
Dari tahun 2015-2019 pemerintah telah mengalokasikan 12,7 juta hektare untuk Perhutanan Sosial melalui Hutan Desa (HD), Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Adat (HA), Kemitraan Kehutanan (KK).
Dengan menggunakan metode cluster sampling dan purposive sampling yang dilakukan selama tiga bulan menghasilkan data bahwa perhutanan sosial bisa berdampak pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.
Perhutanan sosial berdampak pada ekonomi masyarakat sekitar dengan meningkatnya pendapatan masyarakat dan terbebasnya dari jerat kemiskinan membuat masyarakat lebih sejahtera.
dalam peningkatan ekonomi tersebut juga di dukung oleh peran serta penyuluhan, pemberian bantuan modal, pelatihan.
Salah satu contoh dampak perhutan sosial yang berhasil adalah kopi hejo.
Bagi yang pernah duduk di bangku kuliahan pastinya pernah mencari bahan penelitian dan melakukan riset data.
Jaman Mpo masih unyu-unyu rela duduk berjam-jam membaca penelitian tentang kesehatan khususnya penyandang disabilitas.
Waktu jaman kuliah,riset data belum mudah di dapatkan apalagi internet belum ada di perpustakaan nasional.
Lain dahulu, lain sekarang, riset data ilmiah sangat di perlukan bagi orang-orang yang mempunyai pekerjaan sebagai penulis, ya seperti Mpo ini.
di dalam blog Mpo selalu mencantumkan infografis riset data ilmiah,hal ini Mpo lakukan agar lebih menarik pembaca dengan menyajikan informasi yang tersaji dalam bentuk gambar dan warna menyolok.
Peluncuran buku dampak perhutan sosial.
Riset ilmiah juga banyak di bahas di dalam buku dampak perhutan sosial: perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan.Buku yang bercover berwarna hijau dengan halaman sebanyak 215 merupakan hasil riset para peneliti yang berkompeten di bidang masing masing yaitu Mudrajad Kuncoro, Y. Sri Susilo, Hempri Suyatna, Ronggo Sadono, Nairobi, Arvina Ratih, Rahmat Safe'i, Dyah Wahyuning Tyas, Agung Prajulianto, Linda Lestari, Zulfa Emalia dan Prayudha Ananta.
Para peneliti ini melakukan penelitian di daerah yang di khususkan di daerah kelompok perhutanan sosial di kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo, Yogyakarta serta Tanggamus, Lampung.
Dengan total 42 juta luas hutan di Indonesia, yang dinikmati oleh UKM dan Petani hanya 4,14% saja, sementara ada kurang lebih 95% dinikmati oleh konglomerat, hal ini yang menjadi latar belakang di adakan penelitian ini agar bisa menganalisa dampak peningkatan kesejahteraan terhadap rakyat dan dampak perhutan sosial itu sendiri terdapat pelestarian hutan, hal ini di ungkapkan oleh Mudrajad Kuncoro selaku ketua tim peneliti.
Walaupun isi dalam buku ini mengenai data akan tetapi materi yang di sampaikan Mudrajad Kuncoro di sampaikan dengan ringan.
Mudrajad Kuncoro |
Dampak perhutan sosial terhadap masyarakat.
Buku ini sangat berguna untuk memberikan gambaran dampak perhutanan sosial yang lebih komprehensif.Perhutanan Sosial adalah Sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan dalam kawasan hutan negara atau hutan hak/hutan adat yang dilaksanakan masyarakat setempat untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial budaya.
Perhutanan Sosial sudah di mulai pertengahan tahun 1980-an, setelah Kongres Kehutanan Sedunia ke-8 di Jakarta yang bertema "forest for people".
Dalam skema perhutanan sosial hari ini, masyarakat diberikan hak mengelola lahan 2 hektare di tanah negara selama 35 tahun dan memberdayakannya untuk memenuhi tiga tujuan.
Izin perhutanan sosial (Website menlhk.go.id) |
Bentuk perhutanan sosial (Dokumentasi : website atrbpn.go.id) |
Perhutanan sosial berdampak pada ekonomi.
Perhutanan sosial berdampak pada ekonomi masyarakat sekitar dengan meningkatnya pendapatan masyarakat dan terbebasnya dari jerat kemiskinan membuat masyarakat lebih sejahtera.
dalam peningkatan ekonomi tersebut juga di dukung oleh peran serta penyuluhan, pemberian bantuan modal, pelatihan.
Salah satu contoh dampak perhutan sosial yang berhasil adalah kopi hejo.
Kopi Hejo |
Perhutanan Sosial berdampak pada sosial.
Dengan mengikut serta masyarakat untuk mengambil bagian menjaga hutan maka rasa memiliki hutan meningkat sehingga masyarakat tidak mengambil hasil hutan sembarangan.Perhutanan sosial berdampak pada lingkungan.
Perhutanan sosial juga berdampak pada penurunan bencana yang terjadi di hutan yaitu tingkat kebakaran hutan cukup rendah dengan mengupayakan masyarakat untuk lebih peduli lagi dalam mengelola HKm dengan mengadakan patroli bersama pamong perhutanan dan stakeholder.Untuk lebih mengetahui data riset ilmiah yang terdapat dalam buku Dampak Perhutanan sosial perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan bisa di download secara gratis di forest digest
di akhir cerita ini Mpo mau berbalas pantun
Jalan jalan ke Lampung
Lalu melanjutkan rekreasi ke Yogyakarta
Tidak usah ragu dan bingung.
Buku Dampak Perhutanan sosial mengulas banyak riset data
No comments